Kamis, 11 Oktober 2012

MERINAI


Senja di sore hari memang indah. Tapi apakah akan tetap indah jika kumenikmati ini sendiri dengan rasa tak kunjung tentu.? Galau. Lagi tren kayaknya. Tapi aku justru bingung galau itu apa. Dalam defenisiku, galau semacam rasa tak tentu. Setiap kumerasa seperti itu, bilang deh galau. Tapi tak penting. Yang penting itu, sekarang aku benar-benar merasa sepi.

Aku termenung memandang langit yang seolah tersenyum padaku. Binar lengkung pelangi di atas sana seakan menjemputku bak bidadari surga. Haha. Indah yah.? Aku kembali tersenyum dan bertanya pada langit. Sampai kapan kau ‘kan tersenyum padaku? Sampai kapan kau ‘kan menjadi sahabat setiap langkahku.? Maklum, setiap aku galau ya spontan melihat ke langit.

Langit menjadi sandaran ketika ku ingin menangis. Langit juga menjadi pendengar yang baik ketika ku ingin bersorak, menepi termenung, ataupun hanya terdiam bisu. Ya, langit adalah salah satu ciptaan Allah swt yang sepertinya selalu mengerti suasana hatiku. Langit pun tak pernah diam. Bijak tutur yang terdengar darinya selalu memberiku senandung semangat. Pokoknya kalau lihat Langit biru yang membentang menyelimuti bumi ini pengen bilang w0w..
***
21 Juni 2013.
Hari ini aku ingin berjalan-jalan ke beberapa tempat yang telah ku torehkan dalam buku list perjalananku. Rencananya, hari ini aku ingin ke UNM. Aku punya beberapa teman di sana. Lama juga tak menghampiri kampus itu. Tapi apakah teman-teman kecilku masih sering berada di sana.? Seingatku, 1 tahun lamanya tak menyapa mereka.

Melangkahkan kakiku keluar dari rumah memang berat. Selama ini, aku sangat susah mencari teman. Aku juga tak tahu mengapa banyak yang tak menyukaiku.? Apa karena aku jelek.? Ah tida juga. Apa karena aku ini menakutkan.? Tapi aku ini hanya ingin mencari teman. Diusiaku yang terbilang dewasa, aku hanya mendapat sedikit teman di hamparan bumi yang luas ini. Ya, mengingat hal ini membuatku menatap ke langit pagi yang cerah. 

“Langit, menurutmu tak apakah jika aku menyapa temanku di UNM pagi ini?”

Langit hanya tersenyum. Baiklah. Aku memberanikan diri keluar dari pintu yang perlahan berbunyi dengan geseknya berputar membentuk siku-siku. 

Takkkk…
Pintu segera kututup dan tak lupa berdoa kepada Allah swt.

Ya Allah, aku ingin ke UNM. Tuntunlah langkahku agar aku dapat menjadi pelipur kesedihan makhlukmu pagi ini. Aamiin”

Berdoa sebelum melakukan sesuatu membuatku percaya diri. Allah pasti didekatku.
***
Tadaaaaa…..
Sampai juga akhirnya. Lega. Kampus ini belum berubah. Ku pikir sudah bergeser 2 cm. haha. Nah, saatnya mencari teman-teman kecilku yang setiap pagi duduk di sebelah lapangan basket yang bersebranagn dengan parkiran jurusan Matematika. Kalau jam segini sih mereka duduk dengan memasang wajah letih, lesu, lunglai. Lelah banget deh pokoknya. 

Aku perlahan melangkahkan kaki memasuki kampus ini. Beberapa orang menatapku dengan pandangan yang seolah ingin menerkam. Ya Allah.. apa lagi salahku.? Aku tetap berjalan dengan menundukkan wajah beberapa derajat dari sebelumnya. Ingin menghindari pandangan semacam tadi. Sejauh ini, aku berhasil menutup mata dan menganggap semua ‘kan baik-baik saja dengan kedatanganku. 

Desah bisikan seorang yang kulalui mulai terdengar. 

“aduuh,,,, kenapa sih dia mesti datang?”

Lalu aku harus bagaimana dengan ini? Aku menoleh kearahnya dan benar sekali. Dia sedang membicarakanku. Aku merasa sangat sedih. Ingin rasanya aku menangis sekencang mungkin dan berteriak pada semua orang. Mengapa mereka menatap dan melontar untaian kalimat yang begitu menyiksaku? Aku tahu mereka sempurna. Aku tahu mereka memiliki segalanya. Aku juga tahu aku tak seperti mereka. Aku tak sempurna di mata mereka. Aku bukan apa-apa bagi mereka. Bahkan aku tak memunyai segala yang mereka miliki. Tapi apakah aku juga tak dapat merasakan kebahagiaan layaknya mereka yang merasa dunia milik mereka? Apakah aku tak dapat merasa tenang ketika melangkahkan kaki berjalan ke manapun aku mau? Apakah aku tak layak mendapat senyum walau hanya sedetik dari mereka.? 

Aku bahkan tak tahu bagaimana menghadapi itu semua. Mereka menatapku sinis, aku hanya tertunduk. Mereka mencemooh, aku hanya dapat berlalu dan menutup telinga. Tapi mata dan telinga yang tertutup tak menjadi jaminan hatiku juga tertutup oleh luka yang mereka ukir.

Aku sudah menduga sebelumnya. Hal ini yang membuatku begitu ragu. Yang ku tahu, Allah menciptakanku dengan alasan yang pasti. Allah memberiku wujud seperti ini juga dengan alasan. Karena aku hidup bukan sebagai pelengkap beraneka ragam bentuk di dunia ini. Tapi aku ada karena Tuhanku Allah swt. Langit memandangiku dengan sorot matanya yang tajam. Sedih yah melihatku? Kali ini aku mungkin hanya mencoba tegar dihadapan beberapa manusia yang tak senang dengan kehadiranku.

Tahu tidak kalian? Aku diciptakan tanpa tangan, dan tanpa hidung. Aku hidup karena Kekuasaan Allah. Keadaanku yang seperti inikah yang membuat orang-orang melihatku ketakutan? Bahkan melihatku dengan pandangan merendahkan. Hal inikah yang membuat mereka risih dengan kehairanku.? Aku tak henti bertanya dalam hati. Ya. Hanya “ya” yang menjadi jawab atas tanyaku. 

Lalu, apakah aku begitu mengusik mereka? Mengapa tak sedikit dari mereka yang berlari menjauhiku? Tak sedikit dari mereka yang berlindung pada punggung orang lain karena ketakutan padaku. Tak sedikit juga dari mereka yang mendendangkan kekesalan dan penyesalan akan hadirku. 

Kawan, aku juga ciptaan Allah. Dapatkah kalian menerimaku apa adanya.? Aku ingin menjalin persaudaraan. Aku tak pernah iri dengan kesempurnaan kalian. Aku juga tak pernah menyesal ditakdirkan seperti ini. Sampai pada saat kalian yang justru menyesalkan hadirku.
***
Terpuruk, terjatuh, dan sangat terluka. Itulah hal yang kurasakan setiap kali berjalan keluar rumah. Aku harus kuat. Aku sudah biasa diperlakukan seperti ini. Setidaknya aku masih memiliki teman kecil yang mungkin masih berada  di tempat kami bermain dulu. Tangis yang mulai tak tertahankan kini meluap. Aku hanya berharap dapat bertemu temanku dengan cepat dan menceritakan segala hal yang kurasakan. Aku rindu canda tawa mereka. Aku rindu senyum mereka saat melihatku. Aku rindu ketika menari bersama mereka. Aku belajar arti hidup juga dari mereka. 

Mereka hanya anak kecil pencari sesuap nasi dengan menyapu lapangan tiap pagi dari dedaunan pohon yang gugur, sampah yang berserakan akibat ketidakdisiplinan hidup, dan beraneka kotoran yang ada. Mereka melakukan itu demi membantu orangtua mereka. Bersekolah tak dapat mereka rasakan akibat tuntutan kehidupan. Mereka seringkali menceritakan cita-cita mereka. Salah satunya ingin memunyai mobil putih seperti yang terparkir tepat disebelah lapangan tempat dia mencari nafkah. Ada juga yang ingin bersekolah dan berkuliah di jurusan matematika. Setiap hari mereka memandangi hal yang mereka inginkan dan berharap mereka dapat meraihnya dengan kekuatan doa dan kerja keras.

Mereka hanya anak kecil berusia sekitar 7 tahun. Tapi mereka justru jauh lebih dewasa menantang hidup dibandingkan aku yang sudah berusia lebih tua dari mereka. Aku terkadang malu ketika mengeluh dihadapan mereka. Mereka adalah anak-anak kuat yang menyelingi hari mereka dengan tawa lepas yang mereka anggap sebagai cara menikmati hidup. Aku ingin seperti mereka yang mampu tegar menyongsong matahari.
***
Hey… itu mereka. Ya. Aku rasa itu mereka. Aku ingin memeluk mereka dengan sekencang-kencangnya. Bahagia dapat bertemu mereka. Tapi apa mereka juga bahagia melihatku? Atau bahkan sudah melupakanku.? Ah..aku rasa tidak. Mereka anak baik.

Tunggu, mereka ber-4 tampak berbeda. Tak biasanya mereka beralaskan sepatu. Mereka juga menggendong ransel yang dulunya hanya karung sampah. Seragam. Mereka dulu hanya menggunakan baju lusuh dengan beberapa sobekan. Ya, mereka sekarang sudah bersekolah rupanya. Aku turut bahagia kawan. Aku ingin memberi selamat kepada mereka.

Spontan aku berteriak kencang dan memanggil mereka. 

“siska….dinda..andi..farel…”

Mereka menengok ke arahku dan terlihat sangat bahagia. Mereka ternyata masih mengingatku. Tak kusangka reaksi mereka justru lebih antusias. Mereka berlari kearahku. Akupun tak kuasa diam disini. Aku berlari ke arah mereka. Aku terdiam ketika mereka melepaskan seragam merah putih yang mereka kenakan, sepatu hitam, dan ransel mereka. lalu meletakkan dibawah pohon yang agak besar. Mereka kembali berlari dan bersorak akan kehadiranku. 

Aku bahagia. Sangat behagia. Aku memeluk mereka dengan lembut. Kami menari bersama, bercanda gurau, dan saling bercerita. 

“Selamat yah teman-teman. Kalian kini sudah bersekolah. Kejarlah cita-cita kalian. Jadilah manusia yang mulia. Kalian adalah penerus bangsa dan khalifah. Senantiasalah bersyukur”

Aku bangga pada mereka yang tak sombong dengan perubahan yang mereka dapatkan. Mereka dapat bersekolah dan tak lagi menjadi tukang sapu. Ternyata mereka dibiayai oleh seorang pengusaha muda yang selalu memerhatikan kegigihan mereka dalam menatap kehidupan. Mereka juga masih mau bermain denganku. Mereka malah terlihat begitu bahagia.

“Ya Allah, jadikan mereka anak bangsa yang mengharumkan nama negeri ini. Jadikan mereka khalifah yang mengiring para muslim mengabdi memujamu. Jadikan mereka anak yang tetap menjaga semangat mereka dalam menjalani hidup. Jadikan mereka insan yang dapat melalui segala ujianmu”

Merekapun membisikkan pesan padaku yang sangat menyejukkan jiwaku.

Hujan, lama tak bertemu. Kami merindukanmu. Kau selalu menjadi penyegar jiwa dan hati kami. Kau ciptaan Allah yang membawa berkah bagi kehidupan dunia ini. Terimakasih HUJAN”
***

Minggu, 07 Oktober 2012

Hiburan : Alasan Pramuria


Nusantara adalah tempat yang cukup booming di Makassar. Selain berada dekat dari tempat wisata –Pantai Losari dan Benteng Rotterdam- , Pelabuhan Peti Kemas juga terletak di jalan tersebut. Letak Geografis  merupakan salah satu alasan menjadikan Nusantara sebagai tempat hiburan malam. Hiburan malam memang selalu mengantarkan pemikiran kita ke arah negative –kaum hedonism dan kegiatan seksual pranikah- di tempat yang negative pula. Namun bagaimanakah sebenarnya tempat hiburan malam itu? Apa saja kegiatan dunia malam? 

Hiburan Malam adalah salah satu elemen kehidupan yang menghinggapi beberapa profesi. Hiburan malam dapat diartikan dengan hiburan semata, hiburan di malam hari, kegiatan malam yang kadang menjadi hiburan, ataupun dengan kategori  hiburan yang berbeda pula. Hiburan dalam batasan etika ataupun hiburan yang sudah diluar norma kehidupan. 

Pramuria –karyawati kelab malam yang bertugas melayani dan menemani tamu- sangat dekat dengan kehidupan malam. Mereka menjadikan Pramuria sebagai profesi dengan latar belakang yang berbeda dan tingkatan tugas yang berbeda pula. Pramuria yang  menemani para tamu sebatas duduk dan berbincang ataupun Pramuria pada tingkatan lebih tinggi lagi –menemani tamu tak sekadar duduk bahkan tidur-menjadikan profesi ini juga memiliki sekat. Terdapat perbedaan dari banyak segi –pekerjaan,tempat bekerja, juga gaji-dari Pramuria tersebut.

Berdasar hasil Investigasi tim Laput di jalan Nusantara II (6/10) sekitar pukul 24.00, diketahui bahwa Pramunia dibedakan menjadi tiga bagian ditinjau dari tempat bekerja. Pramunia yang bekerja di tempat karaoke, di café (club malam), dan di kios-kios sepanjang jalan. Perbedaan tempat kerja juga membuat perbedaan pada pekerjaan Pramuria. Menemani duduk dan melayani adalah tugas Pramuria karaoke dan kios-kios. Sedangkan pramunia yang multifungsi adalah pekerjaan di clubhouse. Sebagaimana uraian pendapat salah seorang konsumen hiburan sejati yang tak ingin disebutkan namanya, “Karaoke khusus melayani tamu yang minum. Kalau yang di bar, ada 2 faktor yang ingin dibicarakan. Yang pertama melayani minum. Yang kedua kita layani dalam artian lain juga”.

Tempat kerja yang berbeda, pekerjaan yang berbeda, tentu gaji yang berbeda pula. Ada yang mendapatkan gaji Rp20.000 perjam untuk Pramuria yang bekerja di tempat karaoke. Salah seorang pramuria mengungkapkan, “Saya dulu 1 jam 20.000. beda dengan tempat-tempat lain yang langsung dipake itu. Beda karaoke dan cafe”. Sedangkan para Pramunia kios-kios mendapatkan gaji perhari tergantung dari pemasukan pada hari itu juga. Salah aeorang pemilik kios mengatakan, “Terkait masalah honor tergantung hitungan perhari”. Lain pula halnya dengan Pramuria di clubhouse yang permalam tergantung dari kesepakatan konsumen.

Berdirinya tempat-tempat hiburan di Nusantara sekitar 50 tahun yang lalu. Tempat hiburan malam ini berdiri berdasar pada alasan banyaknya pengangguran dan anak putus sekolah. Ijazah yang menjadi prasyarat kerja yang layak tidak mereka miliki. Pramuria menjadi alternative bagi mereka. Semakin pesatnya sumber daya menusia dengan kualitas seperti itulah yang membuat tempat-tempat hiburan malam berkembang pesat. Salah seorang konsumen setia selama 50 tahun mengatakan, “Sejarahnya, anak-anak yang pengangguran itu istilahnya ndada dasar yah. Mau kerja di kantor perlu ijazah. Beda dengan tempat karaoke yang tidak menggunakan ijazah”

Ketika tim investigasi menanyakan latar belakang dari seorang pramuria karaoke, dia menjawab :Namanya manusia senang hiburan. Nusantara ini tempat hiburan. Saya begini sebagai hiburan”. Selain alasan perekonomian, tuntutan pekerjaan, ternyata Pramuria juga dianggap sebagai hiburan semata. 

Tempat hiburan malam juga kerap kali mendapat penggerebekan dari pihak kepolisian. Penggerebekan benda tajam, narkoba, dan tindak kekerasan. Pihak kepolisian yang sedang melakukan tugas ketika dimintai pendapat, berkata “Polisi hanya menjaga keamanan.  Keamanan dalam hal benda tajam, narkoba, dan perkelahian”. (*)

Senin, 02 Juli 2012

Lintasan itu Melihatmu

bremmmm.....

A: kemana kita sekarang?
N: hm.. ke Miniatur Revolusi (sebutan untuk tempat yang menyatukan kami) aja.
E : yaya.. tapi apa tidak terlalu malam? sekarang pukul 22.13.
A: mungkin tidak.
Percakapan singkat kami bermula sepulang mencari kesenangan sejenak malam tadi. Malam yang menjumpai kami dengan iringan angin yang begitu tenang seakan menerbangkan khayal takjub untuk tempat kami berpijak. Bola berwarna-warni dengan sorotan sinarnya sesekali membuat kami silau. Terbilang banyak yang berkunjung ke tempat ini. Tempat ini hanya satu tapi seakan beralih jumlah seirama jumlah pengunjung di tempat ini. Ya, tempat ini bagai milik pribadi dan sangat jarang tegur sapa bahkan senyum yang terlontar satu sama lain.

kami juga ikut menikmati malam dengan beberapa hal yang berbeda. Kami mengawali langkah dengan senyum dan acap kali menyapa penghuni sementara lainnya. ada yang tersenyum indah pada kami, ada yang tersenyum dengan sedikit memaksa -untuk menghargai mungkin-, ada yang menunduk saat kami menyapa. ada yang menoleh kiri dan kanan tanpa melihat kami yang telah berdiri lama dihadapnya. jenis gambaran wajah itu membuat kami terdiam dan tertawa. hahaha...mereka lucu.

***

Tak terasa dentingan detik kini menggenapkan angka yang tadinya 22.59 menjadi 23.00. Kamipun sampai pada tujuan selanjutnya-Miniatur Revolusi-dengan sedikit bingkisan buah untuk beberapa kawan kami. Miniatur Revolusi ini bak rumah mewah yang sungguh lapang ketika menginjakkan kaki ke dalamnya. Tentram, sejuk, damai, dan bahagia. Penggambaran yang sedikit dilebihkan. Hehe.. Kedatangan kami yang diiringi dingin malam disambut dengan atmosfer yang terasa hangat. Pemanis senyum itu meringankan langkah kami memasuki tempat peradaban ini. Miniatur Revolusi juga kami sebut dengan Wadah Keramat. haha..agak sedikit aneh kedengarannya. Wadah yang menampung beberapa elemen dari sumber yang berbeda dan terasa dekat dihati masing-masing elemennya. ya, keramat.

***

aku tertuju pada suatu lintasan yang wajib hukumnya kulewati setiap kuberada dalam Miniatur Revolusi ini. Malam ini, sungguh berbeda. Entahlah. apakah karena ini sudah larut malam? akupun tak tahu. Aku berhenti sejenak memantapkan hati untuk melangkah pada lintasan kecil itu. seorang teman kemudian menepuk Pundakku lalu berjalan cukup cepat pada lintasan itu. aku melihatnya. aku memerhatikan cara dia melintas. sekejap dia terhenti tepat di seberang. dia menoleh ke kanan. tersenyum, lalu berbalik arah dan kembali memberi senyum untukku. apa yang dia lihat disana.? 

Aku memberanikan diri berjalan. Ya, aku dapat melakukannya. Keraguan tadi sirna dengan cepat. Mungkin karena melihat temanku tadi. Langkah demi langkah tertancap dengan pasti. Sampai pada saatnya lintasan itu membawaku padanya. Dia.. Dia yang sedang menyaksikan mimpinya dalam tidur. Aku terhenti pada satu titik dan menoleh ke arahnya. aku menatapnya sambil tersenyum dalam hati. tak tahu juga jika senyum itu ternyata tergambar pada raut wajahku. Senyumku turut menghantarkannya dalam lelap. Senyumku juga turut mengiringi doa yang terkirim untuknya malam ini. "Semoga dia baik-baik saja. Selamat tidur" desir hatiku berkata demikian. Aku tak sadar. ternyata cukup lama aku berdiri di sini. aku segera berbalik arah dan kembali berkumpul bersama teman-temanku yang sedang asyik mendiskusikan beberapa topik yang kuanggap penting. Agama, pengalaman, dan berbagi beberapa cerita yang menggelikan.

***

Perbincangan 6 kepala membuat waktu seakan berjalan begitu cepat tanpa kami sadari. berbagi memang menyenangkan. termasuk berbagi pendapat, pengalaman, dan pengetahuan melalui tutur kata yang khas dari masing-masing kami. Waktu bergulir dan kami seakan melupakan kodrat detik yang ternyata telah berjalan 7200 kali sejak kami tiba. wow. pukul 01.00 dini hari.

Kami bergegas untuk kembali ke Rumah. Namun sebelumnya, aku kembali pada lintasan itu tanpa sepengetahuan teman-temanku. aku kembali melihatnya dan berkata "aku pulang dulu yah.. sampai jumpa pada takdir selanjutnya". tentu tetap kukatakan dalam hati. Lamunanku menatapnya sekejap terhenti ketika namaku diteriakkan. ya, pertanda kami harus segera pulang.

Aku mempercepat langkah dan kembali berpamitan kepada teman-temanku yang lainnya. 01:20 aku sampai di Rumah. Sejenak kumerenung untuk hari ini. Merenungkan segala khilaf yang kuperbuat, merenungkan segala harap yang tertunda, dan merenungkan pencapaian yang masih memerlukan penyempurnaan dalam esok. Tapi, satu yang pasti. Hari ini, Lintasan itu Melihatmu.

Ketika Untaian Janji tak dapat ter-Realisasi


"aku janji akan mengerjakan tugas ini bersamamu pukul 14.15 nanti"
"aku janji Ayah, aku akan menjadi anak yang senantiasa membanggakanmu"
"Ibu, aku janji akan menjadi anak yang selalu mengukir senyum di wajahmu"
"aku berjanji untuk menunggumu di tempat kenangan kita"
"aku janji hanya kamu dihatiku"
"aku akan menikahiimu, aku janji"
"Kami menjamin kualitas barang kami ini ibu, kami akan memberikan potongan harga 50% untuk 3 pembeli pertama. itu janji perusahaan kami"
"Aku Janji ya ALLAH, memberikan seluruh gaji pertamaku untuk anak yatim di Panti Asuhan itu"

Janji. Rentetan kata dengan susunan kalimat yang kadang terdengar indah. Indah dan seketika dapat menjadi mantra bagi pendengarnya. Mantra penenang bagi jiwa-jiwa yang gelisah, mantra kedamaian bagi hasrat yang terusik, dan mantra keselamatan bagi para pengobral janji. Lalu, kenapa tercipta kata janji?

Janji terkadang membuat hati terbuai dan menjadi sejuk seketika. Kodrat manusia yang senang akan pujian tanpa penggolongan-entah kejujuran ataupun dusta-peringkatnya tersaingi oleh ketentraman janji yang terurai merdu dari sang pemberi janji. Janji memang memiliki kekuatan yang dahsyat. Kekuatan yang disalurkan pada berbagai sisi kehidupan. Lalu, Apa bukti nyata kekuatan janji?

Mengenai penciptaan Janji-ucapan dan kalimat yang terurai-sama halnya dengan penciptaan kemampuan bagi setiap insan dalam bertutur. Mengapa demikian? ya, janji hanyalah sebuah penggolongan atas berbagai kalimat yang terlontar dari lisan. Pertanyaan itu kalimat tanya dari penanya. Perintah itu kalimat perintah dari pemerintah. Lalu bagaimana dengan janji? sama halnya dengan beberapa jenis kalimat lainnya. Janji adalah kalimat yang dihaturkan penjanji dalam suatu perjanjian.

Makna kalimat janji memiliki kekuatan yang lebih dominan dalam meyakinkan dibandingkan dengan kalimat-kalimat bisanya. Janji selalu dibutuhkan dalam meneruskan lukisan sejarah dengan pasti. Pernahkah anda berjanji,? ataupun diberikan janji dari seseorang,? pernahkah anda menantikan janji,? ataukah bagaimana anda menunggu realisasi suatu janji.? Beberapa pertanyaan tadi menghantarkan kita pada posisi janji yang kita tempatkan dalam ruang hati dan bagaimana kita memegang pengaruh janji terhadap keberlangsungan hidup harmoni.

Janji.
Beberapa tahun, belasan tahun, puluhan tahun, atau bahkan ratusan tahun perjalanan kisah kecil kita, janji pernah turut hadir mengiringi itu semua. hadir dengan intensitas yang tinggi ataupun hanya sesekali, hadir sebagai kepemilikan pribadi-janji yang kita lontarkan-ataupun janji hadir sebagai wujud penantian untuk kita. Itu semua hanya pribadi yang mengerti. Tapi, dalam hal ini janji senantiasa membawa cerita yang terkisah jelas dalam catatan kehidupan.

Berjanji. 
Setiap manusia takkan luput dari kata janji. seorang dikatakan berjanji bukan hanya ketika kalimat yang ia katakan mengandung kata "janji". contohnya, "aku berjanji akan ke rumahmu malam ini," "aku akan ke rumahmu malam ini." perbedaan kedua kalimat tadi hanya pada penggunaan kata "janji." Lalu, apakah ada perbedan makna dari kedua kalimat tersebut.? Pada hakekatnya tidak. Kalimat kedua masih mengandung makna janji. Tapi, terdapat perbedaan dari kekuatan kalimat itu sendiri. 
contohnya,
    A: aku akan mengajarimu besok
    B: janji??
    A: ya, aku janji.
Seringkali kita melakukan percakapan serupa. mengapa kita harus menegaskan dan mempertanyakan "janji" itu? padahal, makna "aku akan mengajarimu besok" mengandung janji. Hal ini memberikan bukti bahwa kata "janji" memiliki pengaruh besar dalam keyakinan akan suatu hal. Selain itu, hal ini juga membuktikan bahwa kita membutuhkan kata "janji" untuk meyakinkan kita.

Mendengarkan Janji.
Ketika kodratnya ada yang berjanji, tentu akan ada yang mendengarkan janji. terlepas dari itu, mendengarkan janji apakah hanya mendengarkan deret kalimat janji dari orang lain? atau menanti dan menyimpan janji itu dalam hati.? sekali lagi, hanya pribadi yang tahu. Terkadang, ada beberapa tipe manusia yang tak peka akan janji atau justru sangat memegang ke-sakral-an dari sebuah janji. bagi pendengar, Janji dapat diletakkan pada ruang-ruang hati yang berbeda. ada yang memroses janji yang didengarnya oleh pikiran terlebih dahulu, setelah itu dikelompokkan dalam kamar hati-golongan penting dan tidak-. Ada juga yang langsung menempatkan janji pada kamar hati yang diberi label "sakral" atau sebagainya. Intinya hanya satu, ketika kita memberi label pada janji yang kita dengarkan dari seseorang, kita juga harus menerima dan menyadari itu adalah pilihan kita. efek dari pencapaian ataupun janji yang terabaikan terletak dari pendengar janji itu sendiri. Pendengar janji yang bijak adalah yang mampu mengatasi masalah hati terhadap janji yang ia dengarkan.

Proses Penantian Janji. 
Penantian sebuah janji terkesan sedikit ekstrim. Penantian ini akan dialami oleh pendengar janji yang menempatkan posisi penting untuk janji yang ia nanti. Penantian merupakan harapan terhadap janji. Lalu, apa yang kita lakukan dalam proses itu.? Faktanya adalah, yang menanti adalah pendengar dan yang merealisasikan adalah penjanji. Kunci berada pada penjanji tadi. Apakah janji yang ia lontarkan akan ia tepati atau justru sebaliknya.? Penantian juga bisa terjadi ketika janji terletak pada tingkat yang sedikit lebih tinggi. Maksudnya, ketika komitmen dan kesepakatan dalam penantian juga terjalin dalam suatu janji. Intinya adalah, Ketika kita memilih menanti, kita harus siap akan ujung jalan yang hendak kita jumpai pada penantian tersebut.

Lalu, Bahaimana Ketika Untaian Janji tak ter-Realisasi?
Realisasi suatu janji kadang terhambat ataupun terhenti. Tak jarang pula janji terealisasi dengan baik.Tak dapat terealisasi berbeda halnya dengan tak terealisasi. ketika untaian janji tak terealisasi, tentu bagi pendengar janji yang telah menanti akan terasa sangat pedih. Mengapa demikian.? Karena janji yang tak terealisasi sebagian besar karena kepedulian yang minim dari penjanji akan janjinya. Adapun yang memaklumi adalah pendengar dalam kategori bijak. Perih ketika penantian berujung dusta itu manusiawi. tapi mengikhlaskan itu semua jauh lebih indah. Lalu, apa bedanya dengan tak dapat terealisasi.? Bedanya itu, ketika ada unsur yang membuat suatu janji gugur dengan sendirinya. Terdapat poin-poin kecil yang justru berdampak besar bagi janji yang telah terlontar dan telah dinantikan sekalipun. Ketika itu terjadi, kita memang harus bersikap bijak menghadapinya. Elok laku, tutur, dan pandangan dalam menyadari gugurnya sebuah janji harus diindahkan oleh masing-masing pihak terkait.

Manusia hanya dapat merencanakan. Sejalan dengan itu, manusia juga hanya dapat berjanji. Realisasi membutuhkan usaha. Namun, wujud nyata dari janji masih menjadi masa akan datang yang penuh misteri. Hanya ALLAH yang tahu. 

Ada satu Janji yang akan selalu terwujud. Ada satu janji yang semestinya dipegang teguh oleh setiap manusia. Janji yang hakekatnya membawa kedamaian abadi, ketenangan yang kekal ketika kita menantikan dengan penuh usaha dan kerja keras. Janji itu semata-mata adalah janji ALLAH swt kepada hamba-hambanya yang beriman dan beramal shaleh. 

Kamis, 14 Juni 2012

SATU

1
kalian tahu simbol apa itu?
simbol yang menyatakan "satu"
simbol yang menjadi kerabat dalam catatan kecil perjalanan hidupku

aku punya "satu" Ayah.
aku rasa kalian juga begitu
aku punya "satu" Ibu
aku rasa kalian juga seperti itu
aku punya "satu" nama
akupun merasa kalian demikian

yang tak luput dalam heningku mengenang "satu" adalah "satu"
aku punya "satu" Tuhan.
dan itulah ALLAH
ALLAH memberiku "satu" keyakinan
keyakinan akan "satu" ketetapan
ya, ketetapan Tuhanku ALLAH swt

aku punya "satu" jalan penerang gelapku
dan itulah ISLAM
ISLAM memberiku "satu" keteguhan
keteguhan akan "satu" pilihan
ya, pilihan untuk tetap menjadi ummat Rasulullah Muhammad saw.

"satu"
kita semua "satu"
"satu" dalam kata
"satu" dalam tahta
"satu" dalam cinta
dan "satu" dalam doa

Aamiin


UHIBBUKI UMMY


Untuk segala abdimu padaku
Melahirkan..Menyusui..Merawat..Menuntun..Menjagaku
Menjadikanku anak yang shaleh, taat, dan tahu akan segala
Ya, hanya syukran dari dasar kalbu yang dapat kudendangkan

Um..
Melelahkan pasti segala rintih tangis manja yang mengisi buku harian itu
Menuliskannyapun akan sangat melelahkanmu
Ya, aku tahu itu semua tangisku kan?

Untuk tangis itu..
Mengapa engkau begitu sabar?
Mengapa pula engkau tetap merangkulku dalam hangat kasihmu?
Ya, Engkau selalu saja mengindahkan laku saat menenangkanku

Usiaku semakin bertambah pastinya.
Mulai kumerangkak, kau menuntun
Menjadi dewasapun kau selalu menghiasi hadir batinku
Ya, hanya engkau.

Untaian ayat suci kusadari itu kian penting bagiku
Mengajarkanku mengenali ayat ALLAH juga dirimu
Memberi bekal ke akhirat kelak selalu menjadi prioritas citamu
Ya, itu yang selalu terngiang dalam terang hari dan damai malamku

Ummy..Ummy..Ummy..Ummy..Ummy
tahukah?
kau wanita yang tak dapat kugambarkan hanya dengan rentetan kalimat ini
tahukah?
kau wanita yang tak kuasa kulukiskan hanya dengan tinta pada selembar kertas ini
tahukah?
yang ku tahu hanyalah kau adalah althafunnisa yang menebar kelembutan dalam sejuk
yang ku tahu hanyalah kau adalah ajmalunnisa yang begitu memesona dengan elok laku kasihmu padaku
yang ku tahu, engkau tercipta untuk melahirkan anak yang selalu menyayangimu.
itu aku ummy
yang aku tahu 5 April adalah hari jadimu.
hari terindah yang membuat langit berdendang, rumput bernyanyi, dan aku bersyukur

Ummy..
ku ingin selalu membuatmu menangis
menangis karena diriku
diriku yang membuat hatimu perih
perih akan segala baktiku yang membuatmu berkata
"Alhamdulillah. Terimakasih ya ALLAH. Aku bangga memunyai Dia sebagai anakKu"
dan kutahu. Dia adalah Aku

Uhibbuki Ummyy


Kamis, 07 Juni 2012

HAYA KUTNU


Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati
(Yang Terbaik Bagimu -Ada band)

Z-------A

Ini igap nakragneduk gnay idolem rula natetner adap katnehret uknagna
Utkaw sapmehid gnay ulal adap uknakratnahgnem gnay idolem
Iamrep gnay anasaggnis adap iamad nakrudinem gnay ulal
Haya amasreb ukanasaggnis, ay

Itamkinuk amaskes tiab imed tiab
Tarsah alages nagned itamkinuk
Amaries isalerokreb gnay tarsah
Haya umnakrabmaggnem aumes, ay

? ini udnir nahitnir kilimep apais hakuhat
? ini atam irad natni ritub kilimep apais hakuhat
? ini hadni muynes nagnukgnel kilimep apais hakuhat
Haya umkilim aumes ini, ay

Umgnanegnem uktaubmem nikames gnay amari awabret uka
Ukadap atnip uak gnay naparah kole gnanegnem
Iamad gnay kose nakujesek atnip
Haya umamasreb suter kuntu iamad, ay

Karaj helo naamasrebek sikikret inik
Ukridah nad umridah gnatnebmem gnay karaj
Umirid naka ulales ukparah kited nagnitned
Haya gnudnebuk upmam kat ini naudnirek anerak, ay

Amal nakkat ini karaj uhat uka
Aod nataukek adap naktakedid ulales nak atik uhat uka
Ukkutnu ALLAH adap nakiabek nohomem tupul kat uak anas id uhat uka
Kiabret haya haluak uhatuk anerak aumes uti, ay

Ukasar uhat uak nigni aguj uka, ipat
Ukaskiynem utigeb umamasreb layahk namaladek asar
Haya halgnalup
Umnakudnirem uka
Ukirad gnanek uak nak gnay sinam akul nakheronem nigni uka, uhat uak nigni uka
Umigab ukridah naka naaggnabek halada uti akul


Jumat, 01 Juni 2012

Teman Terburuk

Ceroboh hehe :)
Entahlah..ku awali semua dengan kebingunganku sendiri. Aku terpaku pada pencapaian kesempurnaan. Apa itu salah? aku ingin melakukan segalanya dengan total. Aku selalu yakin akan kekuatan harapan. Ditambah lagi dengan kekuatan do'a. Semua itu akan disempurnakan oleh usaha. Ya, itulah menjadi peganganku selama ini.

Sampai pada saatnya 1 kata yang menghancurkan semuanya : "CEROBOH". Kata itu menggerogotiku dengan tajam. Selalu menjadi pelengkap skenario hidupku. Sikap yang belum dapat lari menjauh dari diri ini. Mungkin saja pengharapanku tadi tidak ada salahnya. yang salah adalah ketidakmampuanku menghalau ancaman -ceroboh- bagi setiap inginku. 

Saat ini, kesekian kalinya kudihadapkan pada kondisi yang membuatku begitu terpuruk. Membuatku jatuh dan merasa ingin lenyap dari ganjaran pilihanku. Aku yang begitu lekat dengannya-ceroboh- kian lama kian bosan dengan diriku sendiri. Aku bosan. aku selalu merasa telah jauh darinya justru semakin dekat dengannya. Aku yang telah menganggap dia hanya bagian dari masa laluku justru dikagetkan seiring munculnya dia dalam langkah yang lebih depan dariku. Aku bingung untuk pilihanku sendiri.

Akhirnya aku menerima ganjaran itu. Aku harus tetap tersenyum dan mencari jalan menuju kebahagiaan lain. Aku dituntut untuk berubah, dituntut untuk memantapkan segala demi kesempurnaan yang semu. Aku seharusnya dapat terus menoleh pada waktu lalu. menoleh demi memetik bunga yang dapat terus mengindahkan langkahku selanjutnya.

Rabu, 16 Mei 2012

DETIK

Sejak tubuhku ditusuk dengan jarum yang sangat besar, hidupku terasa hampa. Jarum yang tepat menusuk perutku membawa luka yang besar. Sakit itu terasa akan terus menusuk sampai jarum itu berhenti berputar mengikis perihku. Aku bingung mengapa orang itu tiba-tiba menusukku begitu dalam. Mengapa dia begitu tega?. Apa dia tahu aku merasa sakit karenanya?.
Sumber : google.com
Kejadian itu masih tersimpan dalam memoriku. Itu akan menjadi ukiran sejarah terpahit. Namun kuharus tetap bersyukur karena masih dapat hidup sampai saat ini. Yah, kejadian itu membuatku harus tetap diam dan mencoba untuk tetap tegar.

Aku bagai seorang putri di keranda kaca yang setiap hari hanya memasang wajah yang menawan. Tapi mereka yang melihatku tak tahu betapa sakitnya aku terkurung di tempat ini. Tempat yang memang indah. Namun tak ada yang dapat kulakukan disini. Aku tak dapat menikmati indahnya dunia, tak dapat menghirup udara luar, tak dapat bercanda dan tertawa bersama teman, tak dapat melihat matahari terbit dan terbenam, tak dapat menikmati musim panas dan musim dingin. Yang kurasakan statis, hampa…