Kamis, 02 Februari 2017

I am Sorry

"Maaf.."

Aku hanya ingin mengucapkannya dengan benar
Mengucapkannya dengan sungguh-sungguh
Agar tak ada lagi rasa sesal yang mengakar
Sungguh, ini menyiksa bagai rindu yang membelenggu

Salah tak pernah benar-benar pergi
Tak pernah benar-benar hilang
Tak juga benar-benar jauh
Tapi aku tahu ini benar-benar salah

Maaf mungkin tak selalu cukup
Tak selalu dapat diterima
Tak juga selalu menutup luka
Tapi aku tahu aku hanya dapat berkata "maaf"

Untukmu yang di sana..
Aku tak pernah ingin mengucapkan maaf
Tak pernah ingin merasa sesal
Karena tak pernah juga kuingin bersalah hingga membuatu kesal

Untukmu yang di sana..
Aku tak tahu kau kan berkata apa
Aku tak tahu kau kan merasa apa
Aku hanya tahu kau pantas berbahagia

Untukmu yang di sana..
Maaf untuk semua salah
Maaf untuk semua dusta
Maaf karena aku sepertinya sangat banyak meminta

Aku hanya ingin mengungkapkannya dengan benar
Mengungkapkannya dengan ketulusan
Agar tak kuulangi lagi padamu yang selalu saja sabar
Menungguku dengan kesetiaan


Makassar, 2 Februari 2017


AZ



Minggu, 15 Januari 2017

Kisah yang Tersemat Semalam

Gambar: Google
Semalam aku bermimpi
Mimpi yang buruk sekali
Sekali lagi ini tentangmu
Kau yang selalu hadir kala hujan yang mengingatkan lalu

Semalam aku menanti

Menanti fajar agar lekas terbangun dari rapuhnya rasa
Rasa yang kubuang dalam sumur yang kulalui sore tadi
Sore tadi saat kumemilih lupa tentang kita

Kau tahu?

Sore tadi sangat indah
Ada pelangi yang sedang menurunkan bidadaridengan selendang tujuh warna ke ujung bumi
Ada awan yang menyelimuti bumi seolah masih enggan bersatu membentuk diri
Ada juga gemericik air yang menyapa merdu sisa hujan yang tadinya deras merinai
Namun tetap saja,
Tak seindah saat kau menoleh padaku lalu tersenyum seolah malu pada langit jingga

Ah.. berhentilah!

Bukankah aku hanya akan bercerita tentang tentang kisah yang tersemat semalam?
Dasar perempuan!
Selalu saja candu akan rindu
Berhentilah menyimpan bahagia masa lalu
Seperti membuka akun medsos sendiri lalu scrolling sampai ke postingan pertama
Kau mungkin akan bahagia mengenang semua
Sampai satu tanya kembali menyapa
Kau tetap cinta atau hanya terjebak nostalgia?

Lupa.
Aku tak tahu harus lupa apa
Kita bahkan tidak pernah memulai cerita
Hanya sepenggal kata setiap pertautan mata
Dan sedikit cinta dari senyum kita berdua

Entahlah
Aku tak mengerti soal rasa
Rasa selalu saja membuat gila
Gila memang dekat dengan cinta
Cinta pun aku tak tahu apa

Cinta tidaklah asing bagiku
Dua puluh dua tahun lalu, Orangtuaku menyematkanku nama "Cinta"
Apakah karena aku buah cinta mereka?
Atau justru agar anak pertamanya ini dicintai sekitarnya?
Apapun itu, Aku tahu itu baik untukku
Sampai kusadar, kau tak mencintaiku mungkin karena kau tak dihadirkan untuk disisiku

Tenanglah!
Aku baik-baik saja
Sangat baik
Setidaknya dihadapanmu dan beberapa orang yang sedang menyaksikanku membeberkan cerita tentangmu malam ini

Aku tahu benar
Tak ada yang tahu aku dengan benar
PAling tidak, sampai aku pulang ke rumah dan kembali sendiri lagi
Sendiri selalu membawaku tersenyum bahkan menertawakan takdir yang menimpaku saat ini

Kau mungkin bertanya 
Tak cukup lelahkah aku tahtakan rasa padamu?
Ya.
Aku lelah. Bahkan saat hujan dan matahari silih berganti menyapa dedaunan di depan rumah
Aku masih saja berserah

Lalu aku harus apa?
Menanti hujan? Agar ingatan tentangmu kembali membuncah?
Atau aku harusnya terbiasa agar sudah tak ada rasa?
Yang kutahu, aku harusnya tidak memaksakan
Memaksakan menggenggam atau bahkan memaksa melupa

Baiklah.
Lupakan saja bahkan saat kau tak ingat apa yang masih kau kenang

Aku tadi ingin membahas apa?
Oh ya, kisah yang tersemat semalam

Semalam hujan
Hujan yang selalu kunanti bahkan saat ia baru saja berpamitan
Sama halnya dengan dirimu
Menanti bukan soal waktu tak bersua yang telah sewindu berlalu
Sedetik saja beranjak, penantianku pun akan kumulai dari 0 lagi
Penantian keras kepala memang selalu menghadirkan rindu yang tak memperdulikan ada dan tiadamu disini

Semalam hujan

Ya, hujan seperti kemarin malam
Saat itu aku tak menyadari datangnya hujan
Hanya beberapa helai pakaianku di jemuran saja yang basah dan dingin berselimut angin malam
Aku mungkin terlelap sambil memendam
Memendam rasa yang selama ini kusimpan

Berbicara tentang hujan, 

Hujan memang patut dinanti
Bukankah saat hujan pinta pun akan dituruti?
Tuhan kan telah berjanji
Malaikatpun ikut mengamini
Lalu saat hujan, apa yang kau ingini?

Apa kau juga berdoa memintaku memberi hati?
Seperti semalam saat kuberbisik lirih
Memohon Tuhan memberi sanksi
Atas dosa yang kuperbuat karena kau selalu saja kuingini

Aku tahu aku salah
Salah karena terlalu mendamba
Padahal kau bukan siapa-siapa
Kau hanya sebagian kecil ciptaan dari sang Pencipta

Aku mulai tersadar
Mungkin Penciptaku sedang mengira aku melanggar
Memainkan rasa yang seharusnya belum terpancar
Penciptaku mungkin saja cemburu denganmu yang belum halal namun kuincar

Aku tak pernah menyalahkan takdir
Meskipun aku selalu berbuat salah dalam takdirku
Takdir tidak pernah salah
Karena kesalahan mungkin sudah takdir

Lalu, apa lagi?
Semalam, aku akhirnya memilih terlelap
Diatas kasur berselimut merah muda
Aku sebenarnya tak suka warna itu
Tapi tak apa.
Karena warna lainnya mengingatkanku padamu
Setidaknya dengan begini, aku hanya akan mengingat masa kecilku
Saat aku bermain dengan tetangga di depan rumah
Bermain berbagi dan bercanda
Setidaknya, waktu itu aku tak punya alasan untuk bersedih


-
Sekian


Makassar, 15 April 2016


Well..
Saya pernah mendengarkan kalimat ini dari seseorang. Kurang lebih seperti ini katanya: "Penulis dikatakan hebat ketika dia mampu menuliskan hal diluar zona pribadinya." Nah. Saking termotivasinya saya menjadi penulis hebat,  saya selalu mecoba keluar dari apa yang kualami secara pribadi untuk menuliskan sesuatu.*haseekkk.. Belum sepenuhnya berhasil sih, tapi ini masih terus akan kuusahakan.

Salah satunya mungkin puisi diatas. hihi
Ini adalah puisi yang hadir saat mengerjakan project dadakan bersama kak Aikecil dan kak Dirga. Dua orang yang tanpa sengaja saya kenal dan akhirnya saling iya untuk mengerjakan project kolaborasi. Halahh project. Gaya amat bu :D

Sempat tak percaya sih. Jadi pembagiannya, saya yang buat puisi dan bertanggungjawab membacakan, lalu kedua kakak ini yang akan membuat instrumen pengiringnya. Musikalisasi puisi begitulah namanya.

Beberapa pekan kami menyiapkan diri masing-masing.
Mengerjakan tugas masing-masing dan juga galau masing-masing. haha. nggak deng..
Saya saja yang galau. :D
Pada saat itu rasanya cari inspirasi susaaaaaaahhhh banget.

Oh iya lupa. Berbicara tentang project kolaborasi, ini dia awal mulanya. jengjengggg....

Tahun 2016 adalah tahun saat saya tergabung dalam kepanitiaan Pesta Komunitas Makassar. Alhamdulillah pada saat itu diamanahkan menjadi salah seorang panitia inti. Pekan demi pekan kami lalui. Banyak sekali komunitas yang tergabung. Saya lupa angka konkretnya. Saya hanya tahu bahwa ternyata anak muda Makassar keren! Keren itu adalah sebutanku untuk orang yang luar biasa. luar biasa karyanya, luar biasa tingkah lakunya, luar biasa idenya, dan luar biasa kinerjanya. Akumulasi keluarbiasaan itulah menghadirkan kata "keren." haha. Ini serius :D

Ok next..
Mungkin akan ada tulisan yang menceritakan Pesta Komunitas ala saya. Mungkin yah.. Semoga iya.

Baiklah.
Intinya, secara tak sengaja, pada salah satu rapat kepanitiaan akhirnya saya dipertemukan dengan seseorang yang bernama Aikecil. Orangnya lucuuuu.. Bisa dibilang begitu. Mungkin itu sebabnya beliau ini tergabung dalam komunitas Stand Up Indo Makassar. Saya juga kurang tahu. atau mungkin kelucuan itu adalah salah satu efek yang wajib dimiliki tiap anggota komunitas itu. Apapun itu, beliau ini lucu dan baik banget. Saya teringat katanya: "Tak usah risau. Manusia telah dibekali keahlian masing-masing. Tak perlu menguasai semuanya. Cukup perkuat kekuatan yang kau punya. Kau pun akan terlihat oleh Dunia" wow.. That's the point. Kalimat yang sontak membuat saya berpikir, "Lalu, kekuatan saya apa?"

Berhubung tak kuketahui juga kekuatanku saat itu, saya lebih memilih mencari hal yang selama ini kuimpikan. Tadaa... kutemukan juga. Saya sangat ingin dapat membacakan puisi karyaku di depan banyak orang. Entah mimpi itu kapan datangnya. Yang kuingat, impian itu sudah sejak lama.

Percakapan mulai terjalin antara kami berdua. Saya pun mulai menceritakan mimpi itu. Tak kusangka, kak Aikecil malah mengajak berkolaborasi. Ternyata, kami memiliki impian kecil yang sama. Bedanya, beliau ingin menjadi pengiring puisi. Satu bocoran lagi, kalau bicara tentang skill memainkan gitar, kak Aikecil ini asli jago banget.

Next..
Berhubung lagi nih yah kami sama-sama tak suka ambil pusing, kami pun sepakat seiya sekata untuk berkolaborasi. *dikitalayyah

Singkat cerita, Bertemulah saya dengan kak Dirga. Salah satu partner dalam project ini juga. Kak Aikecil yang mengenalkannya padaku, First meeting, kami bertemu, berbincang, daaaan pada saat itu juga kami langsung proses reading. *asiikkk
Proses dimana saya harus membacakan puisi yang telah saya buat dan dicocokkanlah instrumennya oleh kakak berdua tadi. Tak lama. Hanya sekitar setengah jam.

Setelah itu?
Tak ada lagi.
Saya sempat berpikir untuk menghasilkan sesuatu melalui proses kolaborasi artinya kami perlu untuk lebih intens bertemu dan berlatih.
Tapi tidak dengan kami.
Satu hal yang kami yakini pada saat itu: "Kita saling percaya saja pada kemampuan kita dan partner kerja kita. kita hanya butuh bertemu untuk finalisasi. selebihnya, berlatihlah masing-masing."
Agak aneh mungkin yah.. Tapi itu yang kami lakukan. Latihan hanya dua kali. Pertemuan pertama dan sekali sesaat sebelum menampilkannya di depan umum.
Tapi entah kenapa juga, tak sedikitpun ada keraguan yang kurasakan. Gugup sih banyak mbak.. Yah namanya juga pertama kali :)

Finally..
Kami akhirnya menampilkan musikalisasi puisi kami. Kami menyebutnya project kolaborasi komunitas Blogger Kampus dan Stand Up Indo
Makassar. Asik bukan? hehe
Alhamdulillah lagi, kami mendapatkan respon positif dari penonton saat itu. Bahagia rasanya.
Walaupun kami betlatih komplit hanya dua kali, tapi saya pribadi harus membaca puisi itu berulaaang ulang kali tiap hari.
Memikirkan bagaimana dapat merasakan hal yang tertuliskan meskipun tak sedang terasa.
Memikirkan bagaimana dapat menghayati hal yang dibacakan meskipun tak sedang menjadi cerita.
Sampai pada saatnya saya harus mengharuskan diri untuk bisa.
Ada kepercayaan yang sedang menuntutku.
Ada impian yang sedang menagih keseriusanku.
Ada dia yang sedang menyaksikanku. haha. yang terakhir ini tidak kok :D

Yup.. itulah mungkin kisah singkat hadirnya puisi ini.

Satu lagi fakta dibalik puisi ini:
Saya lagi suka-sukanya dengan puisi-puisi Aan Mansyur saat itu. Berulang kali juga kuputar dan kusaksikan beliau membacakan puisinya. Meskipun puisi yang ini masih dini, tapi saya bahagia.

Puisi yang lahir tanpa menengok kebelakang.
Puisi yang lahir dengan penuh warna.
Puisi yang melibatkan rasa namun bukan berati sedang saya rasa.
Rasa yang tidak biasa.

Intinya apa?

Saya mensyukuri semua karya yang berhasil saya selesaikan
Saya mencintai mereka walaupun saya sadar banyak kurang yang masih tersisa
dan saya akan tetap seperti itu
Kalau bukan saya, siapa lagi? hehe

-Sekian untuk kesekian kalianya.















Kamis, 05 Januari 2017

Belajar Dari Patriot Energi Indonesia

Indonesia bukan negara miskin
Jika ingin, tak ada yang tak mungkin

Ada anak muda yang pantang menyerah menjawab persoalan
Sebab mereka yakin Tuhan selalu menjanjikan perubahan
(Patriot Energi) - sajakantigalau.wordpress.com

Patriot bukan tentang tersakiti, tapi syukur yang selalu dinikmati
Tanpa syukur langitpun tak kuasa menampung keluh orang-orang serakah

Patriot itu tak diam meski tersisih
Tetap melawan dengan literasi
Kuat bukan soal fisik
Tapi hati yang utuh untuk menghormati dan membangun negeri

Tak henti menulis dengan tangan sendiri
Cerita nyata pengalaman pibadi saat mengabdi
Demi menginspirasi anak negeri
Agar mampu berjuang mulai dini

Tak perlu takut berkenala sampai jauh
Selama senyum dan mengangguk masih kau mampu
Dua bahasa yang universal
Mereka paham walaupun mungkin kau masih ayal

Patriot kadang lupa tren
Yang selalu ada menjawab harap dan permohonan

Inilah tugas mulia kita sekarang
Menjaga perjuangan untuk bangsa

Menulislah selama kau bisa
Agar kau abadi dalam sejarah

Makassar, 5 Januari 2017

Catatan ini adalah sebahagian kecil yang mampu kutuliskan tentang Patriot Energi. sebahagiannya lagi masih menjelma takjub dalam hati yang rasanya cukup untuk dinikmati sendiri. haseeekk. Niat sih bagi-bagi, tapi kata saja tak cukup :) Asli ini serius.

Hidup memang bukan untuk mencari senang semata. 
Kita juga harus ingat untuk membantu sesama. 
Karena hidup hanya sementara, jangan lupa untuk perbanyak pahala.

Nambah catatan lagi :D *gapapadengg

Intinya, jalan hidup orang berbeda-beda. Walaupun kita tak ditakdirkan menjadi Patriot, jangan berhenti berdoa agar tetap dapat memberi arti bagi sesama. Semuanya dimulai dari diri kita. Apapun itu, syukurilah. dan jangan lupa untuk tetap berjuang daaaan bahagia.hehe

Closing statement:
Thankyou buat Blogger Kampus yang telah menjadi wadah bagi pemuda-pemuda cendekia untuk terus berkarya dan berbagi. Sukses terus yah :)
Terimakasih juga yang sebesar-besarnya kepada Kak Ma'ruf M. Noor (Patrior Energi Indonesia) yang sudah ikhlas berbagi banyak hal kepada kami ^^

Sampai jumpa dan Salam Blogger!