"aku
janji akan mengerjakan tugas ini bersamamu pukul 14.15 nanti"
"aku janji Ayah, aku akan menjadi anak yang senantiasa
membanggakanmu"
"Ibu, aku janji akan menjadi anak yang selalu mengukir
senyum di wajahmu"
"aku berjanji untuk menunggumu di tempat kenangan
kita"
"aku janji hanya kamu dihatiku"
"aku akan menikahiimu, aku janji"
"Kami menjamin kualitas barang kami ini ibu, kami akan
memberikan potongan harga 50% untuk 3 pembeli pertama. itu janji perusahaan
kami"
"Aku Janji ya ALLAH, memberikan seluruh gaji pertamaku
untuk anak yatim di Panti Asuhan itu"
Janji. Rentetan kata dengan susunan kalimat yang kadang terdengar indah. Indah dan seketika dapat menjadi mantra bagi pendengarnya. Mantra penenang bagi jiwa-jiwa yang gelisah, mantra kedamaian bagi hasrat yang terusik, dan mantra keselamatan bagi para pengobral janji. Lalu, kenapa tercipta kata janji?
Janji terkadang membuat hati terbuai dan menjadi sejuk seketika. Kodrat manusia yang senang akan pujian tanpa penggolongan-entah kejujuran ataupun dusta-peringkatnya tersaingi oleh ketentraman janji yang terurai merdu dari sang pemberi janji. Janji memang memiliki kekuatan yang dahsyat. Kekuatan yang disalurkan pada berbagai sisi kehidupan. Lalu, Apa bukti nyata kekuatan janji?
Mengenai penciptaan Janji-ucapan dan kalimat yang terurai-sama halnya dengan penciptaan kemampuan bagi setiap insan dalam bertutur. Mengapa demikian? ya, janji hanyalah sebuah penggolongan atas berbagai kalimat yang terlontar dari lisan. Pertanyaan itu kalimat tanya dari penanya. Perintah itu kalimat perintah dari pemerintah. Lalu bagaimana dengan janji? sama halnya dengan beberapa jenis kalimat lainnya. Janji adalah kalimat yang dihaturkan penjanji dalam suatu perjanjian.
Makna kalimat janji memiliki kekuatan yang lebih dominan dalam meyakinkan dibandingkan dengan kalimat-kalimat bisanya. Janji selalu dibutuhkan dalam meneruskan lukisan sejarah dengan pasti. Pernahkah anda berjanji,? ataupun diberikan janji dari seseorang,? pernahkah anda menantikan janji,? ataukah bagaimana anda menunggu realisasi suatu janji.? Beberapa pertanyaan tadi menghantarkan kita pada posisi janji yang kita tempatkan dalam ruang hati dan bagaimana kita memegang pengaruh janji terhadap keberlangsungan hidup harmoni.
Janji.
Janji. Rentetan kata dengan susunan kalimat yang kadang terdengar indah. Indah dan seketika dapat menjadi mantra bagi pendengarnya. Mantra penenang bagi jiwa-jiwa yang gelisah, mantra kedamaian bagi hasrat yang terusik, dan mantra keselamatan bagi para pengobral janji. Lalu, kenapa tercipta kata janji?
Janji terkadang membuat hati terbuai dan menjadi sejuk seketika. Kodrat manusia yang senang akan pujian tanpa penggolongan-entah kejujuran ataupun dusta-peringkatnya tersaingi oleh ketentraman janji yang terurai merdu dari sang pemberi janji. Janji memang memiliki kekuatan yang dahsyat. Kekuatan yang disalurkan pada berbagai sisi kehidupan. Lalu, Apa bukti nyata kekuatan janji?
Mengenai penciptaan Janji-ucapan dan kalimat yang terurai-sama halnya dengan penciptaan kemampuan bagi setiap insan dalam bertutur. Mengapa demikian? ya, janji hanyalah sebuah penggolongan atas berbagai kalimat yang terlontar dari lisan. Pertanyaan itu kalimat tanya dari penanya. Perintah itu kalimat perintah dari pemerintah. Lalu bagaimana dengan janji? sama halnya dengan beberapa jenis kalimat lainnya. Janji adalah kalimat yang dihaturkan penjanji dalam suatu perjanjian.
Makna kalimat janji memiliki kekuatan yang lebih dominan dalam meyakinkan dibandingkan dengan kalimat-kalimat bisanya. Janji selalu dibutuhkan dalam meneruskan lukisan sejarah dengan pasti. Pernahkah anda berjanji,? ataupun diberikan janji dari seseorang,? pernahkah anda menantikan janji,? ataukah bagaimana anda menunggu realisasi suatu janji.? Beberapa pertanyaan tadi menghantarkan kita pada posisi janji yang kita tempatkan dalam ruang hati dan bagaimana kita memegang pengaruh janji terhadap keberlangsungan hidup harmoni.
Janji.
Beberapa tahun, belasan tahun, puluhan tahun, atau bahkan ratusan tahun perjalanan kisah kecil kita, janji pernah turut hadir mengiringi itu semua. hadir dengan intensitas yang tinggi ataupun hanya sesekali, hadir sebagai kepemilikan pribadi-janji yang kita lontarkan-ataupun janji hadir sebagai wujud penantian untuk kita. Itu semua hanya pribadi yang mengerti. Tapi, dalam hal ini janji senantiasa membawa cerita yang terkisah jelas dalam catatan kehidupan.
Berjanji.
Berjanji.
Setiap manusia takkan luput dari kata janji. seorang
dikatakan berjanji bukan hanya ketika kalimat yang ia katakan mengandung kata
"janji". contohnya, "aku berjanji akan ke rumahmu malam
ini," "aku akan ke rumahmu malam ini." perbedaan kedua kalimat
tadi hanya pada penggunaan kata "janji." Lalu, apakah ada perbedan
makna dari kedua kalimat tersebut.? Pada hakekatnya tidak. Kalimat kedua masih
mengandung makna janji. Tapi, terdapat perbedaan dari kekuatan kalimat itu
sendiri.
contohnya,
A: aku akan mengajarimu besok
B: janji??
A: ya, aku janji.
Seringkali
kita melakukan percakapan serupa. mengapa kita harus menegaskan dan
mempertanyakan "janji" itu? padahal, makna "aku akan mengajarimu besok" mengandung janji. Hal ini memberikan bukti bahwa kata "janji" memiliki pengaruh
besar dalam keyakinan akan suatu hal. Selain itu, hal ini juga membuktikan
bahwa kita membutuhkan kata "janji" untuk meyakinkan kita.
Mendengarkan Janji.
Mendengarkan Janji.
Ketika
kodratnya ada yang berjanji, tentu akan ada yang mendengarkan janji. terlepas
dari itu, mendengarkan janji apakah hanya mendengarkan deret kalimat janji dari
orang lain? atau menanti dan menyimpan janji itu dalam hati.? sekali lagi,
hanya pribadi yang tahu. Terkadang, ada beberapa tipe manusia yang tak peka
akan janji atau justru sangat memegang ke-sakral-an dari sebuah janji. bagi
pendengar, Janji dapat diletakkan pada ruang-ruang hati yang berbeda. ada yang
memroses janji yang didengarnya oleh pikiran terlebih dahulu, setelah itu
dikelompokkan dalam kamar hati-golongan penting dan tidak-. Ada juga yang
langsung menempatkan janji pada kamar hati yang diberi label "sakral"
atau sebagainya. Intinya hanya satu, ketika kita memberi label pada janji yang
kita dengarkan dari seseorang, kita juga harus menerima dan menyadari itu
adalah pilihan kita. efek dari pencapaian ataupun janji yang terabaikan
terletak dari pendengar janji itu sendiri. Pendengar janji yang bijak adalah
yang mampu mengatasi masalah hati terhadap janji yang ia dengarkan.
Proses Penantian Janji.
Proses Penantian Janji.
Penantian sebuah janji terkesan sedikit ekstrim. Penantian ini akan dialami oleh pendengar janji yang menempatkan posisi penting untuk janji yang ia nanti. Penantian merupakan harapan terhadap janji. Lalu, apa yang kita lakukan dalam proses itu.? Faktanya adalah, yang menanti adalah pendengar dan yang merealisasikan adalah penjanji. Kunci berada pada penjanji tadi. Apakah janji yang ia lontarkan akan ia tepati atau justru sebaliknya.? Penantian juga bisa terjadi ketika janji terletak pada tingkat yang sedikit lebih tinggi. Maksudnya, ketika komitmen dan kesepakatan dalam penantian juga terjalin dalam suatu janji. Intinya adalah, Ketika kita memilih menanti, kita harus siap akan ujung jalan yang hendak kita jumpai pada penantian tersebut.
Lalu, Bahaimana Ketika Untaian Janji tak ter-Realisasi?
Lalu, Bahaimana Ketika Untaian Janji tak ter-Realisasi?
Realisasi suatu janji kadang terhambat ataupun terhenti. Tak jarang pula janji terealisasi dengan baik.Tak dapat terealisasi berbeda halnya dengan tak terealisasi. ketika untaian janji tak terealisasi, tentu bagi pendengar janji yang telah menanti akan terasa sangat pedih. Mengapa demikian.? Karena janji yang tak terealisasi sebagian besar karena kepedulian yang minim dari penjanji akan janjinya. Adapun yang memaklumi adalah pendengar dalam kategori bijak. Perih ketika penantian berujung dusta itu manusiawi. tapi mengikhlaskan itu semua jauh lebih indah. Lalu, apa bedanya dengan tak dapat terealisasi.? Bedanya itu, ketika ada unsur yang membuat suatu janji gugur dengan sendirinya. Terdapat poin-poin kecil yang justru berdampak besar bagi janji yang telah terlontar dan telah dinantikan sekalipun. Ketika itu terjadi, kita memang harus bersikap bijak menghadapinya. Elok laku, tutur, dan pandangan dalam menyadari gugurnya sebuah janji harus diindahkan oleh masing-masing pihak terkait.
Manusia hanya dapat merencanakan. Sejalan dengan itu, manusia juga hanya dapat berjanji. Realisasi membutuhkan usaha. Namun, wujud nyata dari janji masih menjadi masa akan datang yang penuh misteri. Hanya ALLAH yang tahu.
Ada satu Janji yang akan selalu terwujud. Ada satu janji yang semestinya dipegang teguh oleh setiap manusia. Janji yang hakekatnya membawa kedamaian abadi, ketenangan yang kekal ketika kita menantikan dengan penuh usaha dan kerja keras. Janji itu semata-mata adalah janji ALLAH swt kepada hamba-hambanya yang beriman dan beramal shaleh.
Manusia hanya dapat merencanakan. Sejalan dengan itu, manusia juga hanya dapat berjanji. Realisasi membutuhkan usaha. Namun, wujud nyata dari janji masih menjadi masa akan datang yang penuh misteri. Hanya ALLAH yang tahu.
Ada satu Janji yang akan selalu terwujud. Ada satu janji yang semestinya dipegang teguh oleh setiap manusia. Janji yang hakekatnya membawa kedamaian abadi, ketenangan yang kekal ketika kita menantikan dengan penuh usaha dan kerja keras. Janji itu semata-mata adalah janji ALLAH swt kepada hamba-hambanya yang beriman dan beramal shaleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar